Bukan klenik bukan tahayul atau cerita misteri, namun ini benar terjadi . Kepulangan seorang pemuda bernama Salim alias Sofia (19) bikin gempar. Sebab, lebih dari setahun lalu Salim dinyatakan meninggal setelah dirawat di rumah sakit dan dikuburkan. Salim merupakan putra pasangan Bunyamin (70) – Lasmina (69) yang tinggal di kawasan padat penduduk di Gang 26, Jalan Sungai Tirem RT 10/08, Papanggo, Tanjungpriok, Ja-karta Utara. Salim yang menderita cacat mental ini pulang Rabu (27/1) sekitar pukul 23.00.
Esok harinya atau Kamis (28/1), penduduk geger. Salim pun dimintai keterangan oleh aparat Polsektro Tanjungpriok. Lasmina menjelaskan bahwa Salim datang pada tengah malam saat hujan. “Malam itu ada yang ketuk pintu. Waktu itu saya tanya siapa. Saya hapal suaranya meski tidak jelas. Ternyata Salim sudah berdiri di depan pintu. Saya langsung tubruk dia,” kata Lasmina.
Esok harinya atau Kamis (28/1), penduduk geger. Salim pun dimintai keterangan oleh aparat Polsektro Tanjungpriok. Lasmina menjelaskan bahwa Salim datang pada tengah malam saat hujan. “Malam itu ada yang ketuk pintu. Waktu itu saya tanya siapa. Saya hapal suaranya meski tidak jelas. Ternyata Salim sudah berdiri di depan pintu. Saya langsung tubruk dia,” kata Lasmina.
Layaknya ibu yang sudah lama tidak bertemu buah hatinya, Lasmina memeluk Salim erat-erat. Salim pulang dengan mengenakan kaus warna hitam dan celana panjang. Bunyamin pun menyusul, berbagi kegembiraan dengan istri dan anaknya. Bunyamin dan Lasmina yakin betul bahwa yang pulang itu benar-benar Salim karena ada tanda khusus bekas luka tanda di tubuhnya, tepatnya di siku tangan kiri putranya.
“Dia langsung memeluk saya, seolah-olah ingin melepaskan rasa kangen yang sangat dalam. Saya yakin dia anak saya. Ada tanda bekas luka di siku kirinya,” kata Bunyamin. Keesokan harinya para tetangga gempar. Penduduk berbodong-bondong mendatangi rumah Bunyamin-Lasmina. Mereka penasaran dengan kepulangan Salim. Kabar bahwa orang mati hidup lagi dengan cepat beredar kemana-mana.
“Dia langsung memeluk saya, seolah-olah ingin melepaskan rasa kangen yang sangat dalam. Saya yakin dia anak saya. Ada tanda bekas luka di siku kirinya,” kata Bunyamin. Keesokan harinya para tetangga gempar. Penduduk berbodong-bondong mendatangi rumah Bunyamin-Lasmina. Mereka penasaran dengan kepulangan Salim. Kabar bahwa orang mati hidup lagi dengan cepat beredar kemana-mana.
Kegemparan di lingkungan RT 10/08 pun sampai juga ke aparat Polsektro Tanjungpriok. Akhirnya Salim yang didampingi ibunya dibawa ke Polsektro Tanjungpriok. Tapi sampai semalam polisi belum memberikan keterangan. Salim merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ketika dinikahi Bunyamin, Lasmina berstatus janda dengan dua anak. Kedua anaknya ikut suami pertama. Dari perkawinannya dengan Bunyamin, Lasmina dikaruniai lima anak dan Salim terlahir sebagai anak bungsu.
Salim lahir di Jakarta pada 8 Mei 1991. Sejak kelahirannya, Salim mengalami keterbelakangan mental. Hanya ibu dan bapaknya yang bisa memahami bahasa yang disampaikan oleh Salim. Karena itulah, Salim tidak pernah bersekolah. Tahun lalu, Salim menderita tifus dan dirawat di Rumah Sakit Sulianti Saroso, Sunter. Setelah dirawat sepekan, Salim menjalani rawat jalan. Tapi tiga hari kemudian, tepatnya 25 September 2008, Salim meninggal di rumahnya. Ia dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Budi Dharma, Semper Timur, Cilincing.
Menurut pengurus RT 10/RW 08, Hasnul Karim, surat-surat yang berkaitan dengan kematian Salim masih tersimpan. Hasnul pun heran karena Salim yang muncul Rabu lalu sangat mirip dengan Salim yang sudah dimakamkan. Salim memiliki kumis dan jenggot yang tipis dan memiliki keterbelakangan mental. Dari pihak keluarga, hanya Junaedi (26), kakak kandung Salim, yang masih ragu alias sangsi. “Adik saya itu mukanya lebih bulat. Lalu bagian belakang lehernya agak tebal,” kata Junaedi. Pihak keluarga masih menunggu keterangan dari polisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar